Selasa, 26 Agustus 2008

KOmentar SbY

Senin, 25 Agustus 2008 | 15:37 WIB

JAKARTA, SENIN-Tak mau patah arang, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terus menggalang kekuatan untuk menggolkan perundingan putaran Doha pada September mendatang, sebelum Pemilihan Presiden Amerika Serikat digelar. Untuk merealisasikan agenda putaran Doha ini, Presiden Yudhoyono berpawai komunikasi dengan sejumlah petinggi pemerintahan negara berkembang.

"Beliau menghimbau agar jangan menyerah dan agar para pemimpin mendorong kembalinya resumption of negotiation agar perundingan dapat dimulai kembali.Presiden mengharapkan ini dapat dilakukan bulan September," kata Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal saat memberikan keterangan pers di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (25/8).

Menurut Dino, Kamis lalu, Presiden Yudhoyono telah melakukan hubungan komunikasi dengan Presiden Brasil Lula da Silva. Setelah itu, Presiden Yudhoyono mengirim surat kepada Presiden Cina Hu Jintao melalui Wakil Presiden Jusuf Kalla yang melakukan lawatan ke Beijing. Tidak hanya itu, Sabtu kemarin (23/8) bertempat di kediaman pribadi, Cikeas, Bogor melakukan komunikasi dengan Perdana Menteri India M. Singh. Komunikasi dengan petinggi pemerintahan ini membahas keprihatinan terhadap perkembangan terakhir pada putaran Doha di Jenewa.

Dino mengemukakan, Presiden Yudhoyono berharap putaran Doha dilakukan kembali. Pasalnya, bila putaran Doha gagal, ekonomi dunia dan juga ekonomi negara berkembang, termasuk Indonesia akan menjadi buruk. "Presiden sangat concern mengenai hal ini," ujar Dino.

Indonesia selaku koordinator G-33 dan anggota G-20 akan terus berupaya bekerja sama dengan negara-negara lain baik negara berkembang maupun maju untuk dapat menggolkan perundingan ini. "Presiden menyatakan bahwa kita harus berupaya sekuat mungkin agar kompromi dapat dicapai. Jadi memang harus ada upaya untuk menjembatani posisi-posisi yang masih berbeda," tandasnya.

Dino menambahkan, usai berkomunikasi dengan petinggi negara berkembang, disepakati bahwa akan ada pertemuan bilateral tingkat menteri untuk membuat putaran Doha berhasil. Dalam pembicaraan per telepon Presiden dengan Presiden Lula (Brasil) dan PM Singh (India), mereka sepakat akan menugaskan menteri-menteri terkait untuk melakukan koordinasi diplomatik. "Ini untuk mengupayakan agar perundingan dapat dimulai kembali, umumnya mereka sepakat tidak bisa putaran Doha gagal, harus sukses karena kepentingan negara berkembang," ujarnya.

Dino menjelaskan, pada putaran Doha, perundingan baru menyepakati 90 persen item-item yang dirundingkan negara berkembang dan negara maju. 10 persen masalah yang tersisa, terkait dengan skema mekanisme pengamanan khusus (special safeguard mechanism/SSM) yang diperjuangkan di Hongkong tahun 2005. "Untuk mencapai konsensus, harus ada kemauan politik yang kuat untuk mencapai kompromi," terangnya.

Ketika ditanya tentang waktu pertemuan yang dilakukan pada September mendatang, Dino menegaskan, hal itu terkait dengan waktu pemilihan presiden AS yang akan segera dilakoni. "AS ada pemilu dan lebih baik DOHA Roound di capai sebelum political cycle di AS itu menjadi beku. Sekarang ini masih ada window opportunity masih sedikit dan Presiden percaya kita harus memantapkan window of opportunity itu sebaik mungkin," ujarnya.

Saat ini, banyak negara miskin ketakutan akan kehilangan lapangan kerja dan pendapatan akibat kegagalan persetujuan perdagangan global lewat Putaran Doha (WTO). Sekitar 30 menteri perdagangan dari berbagai negara, baik berkembang maupun maju yang berusaha mencapai kesepakatan di Geneva, Swiss tidak menemui kesepakatan tawaran baru, yakni akses lebih besar bagi produk pertanian negara berkembang ke negara maju.

Tidak ada komentar: